Setiap tahun, masih banyak anak di Indonesia yang terinfeksi HIV. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, hingga akhir tahun 2023 tercatat lebih dari 14.000 anak usia 0–14 tahun hidup dengan HIV di Indonesia. Angka ini menjadi pengingat penting bagi orang tua untuk lebih waspada.
Sayangnya, gejala HIV pada anak sering tidak khas. Banyak yang awalnya tampak seperti sakit biasa, seperti demam, sariawan, atau batuk pilek berkepanjangan. Karena itu, deteksi dini sering terlambat dilakukan.
Padahal, semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang anak untuk mendapat pengobatan yang tepat. Terapi sejak dini membantu mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup anak. Yuk, kenali tanda-tanda HIV pada anak sejak dini agar Mams bisa melindungi buah hati dengan maksimal!
Apa Itu Infeksi HIV pada Anak?
Infeksi HIV pada anak terjadi ketika virus menyerang sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang. Karena imun anak belum sempurna, penyakit ini bisa berkembang lebih cepat dibandingkan pada orang dewasa. Anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi dan masalah kesehatan serius.
Penularan HIV pada anak biasanya dari ibu ke anak, baik saat kehamilan, persalinan, maupun menyusui. Tanpa pengobatan, risiko penularan bisa mencapai 15-45%. Namun, dengan obat antiretroviral (ARV) yang tepat, risiko ini bisa ditekan di bawah 5%. Selain itu, HIV juga dapat menular lewat transfusi darah atau penggunaan alat medis yang tidak steril.
Di Indonesia, penularan HIV pada anak masih menjadi perhatian meski sudah ada program pencegahan dan pengobatan. Edukasi soal pentingnya alat medis steril dan peningkatan akses pengobatan sangat krusial. Dengan begitu, infeksi HIV pada anak bisa dicegah lebih efektif, terutama di daerah dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Tanda dan Gejala Infeksi HIV pada Bayi dan Anak
Tanda dan gejala infeksi HIV pada bayi dan anak sering sulit dikenali karena mirip dengan penyakit lain. Beberapa gejala umum yang muncul antara lain:
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang berlangsung lama.
- Infeksi jamur mulut yang sulit sembuh.
- Diare berkepanjangan.
- Demam yang sering datang.Â
- Penurunan berat badan atau gagal tumbuh.
Pada kasus berat, anak bisa mengalami pembesaran limpa atau hati, infeksi berulang, hingga gangguan fungsi otak seperti kehilangan ingatan jangka pendek.
Sayangnya, tanda-tanda ini sering disalahartikan sebagai penyakit lain seperti TBC, malnutrisi, atau infeksi kulit biasa. Pada bayi, tes antibodi bisa memberikan hasil positif palsu karena antibodi dari ibu masih terbawa. Oleh karena itu, tes virologi seperti PCR sangat penting untuk memastikan diagnosis yang akurat. Deteksi dini membantu anak mendapatkan pengobatan segera sehingga kualitas hidupnya bisa lebih baik dan risiko komplikasi dapat diminimalkan.
Proses Deteksi Dini HIV pada Anak
Deteksi dini HIV pada anak sangat penting, terutama jika ibu diketahui HIV-positif. Bayi sebaiknya menjalani tes pertama dalam 4–6 minggu setelah lahir. Untuk anak di bawah 18 bulan, tes PCR HIV-DNA dipakai karena dapat mendeteksi virus secara langsung, sedangkan rapid test antibodi baru akurat setelah anak berusia 18 bulan.
Di Indonesia, tes ini tersedia di rumah sakit rujukan dan beberapa puskesmas, dengan biaya yang bisa ditanggung BPJS jika sesuai prosedur. Gejala HIV pada anak tidak langsung muncul setelah infeksi. Bayi biasanya menunjukkan tanda dalam 1–1,5 tahun pertama, seperti pertumbuhan lambat atau infeksi berulang.
Pada balita, gejala seperti sariawan kronis dan pembesaran kelenjar mulai terlihat, sementara anak usia sekolah rentan mengalami infeksi berat dan sulit naik berat badan. Skrining sejak dini sangat penting agar pengobatan bisa segera dimulai sebelum sistem imun anak rusak.
Penanganan HIV pada Anak dan Pentingnya Terapi Sejak Awal
Penanganan HIV pada anak perlu dilakukan sejak dini dan menyeluruh. Ini mencakup terapi antiretroviral (ARV), gizi yang cukup, imunisasi lengkap, dan pemantauan rutin. Kabar baiknya, seluruh layanan ini bisa diakses melalui BPJS Kesehatan.
BPJS menanggung pengobatan HIV, termasuk terapi ARV dan pemeriksaan laboratorium penunjang. Mams hanya perlu memastikan anak terdaftar sebagai peserta BPJS aktif dan mengikuti prosedur rujukan dari faskes pertama. Pemerintah juga memiliki program khusus untuk penanganan HIV anak yang bisa dimanfaatkan di RS rujukan.
Terapi Antiretroviral (ARV)
Terapi ARV harus dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis. WHO merekomendasikan agar pengobatan ARV diberikan tanpa menunggu gejala muncul. Tujuannya agar virus bisa ditekan sejak awal, sistem imun tetap kuat, dan komplikasi yang serius bisa dicegah.
Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mulai mendapatkan ARV dalam tujuh hari pertama kehidupannya memiliki peluang lebih besar untuk mengendalikan virus. Bayi juga mengalami kerusakan sistem imun yang jauh lebih sedikit dibanding anak yang terlambat mulai terapi.
Peran Gizi, Imunisasi, dan Pemantauan Rutin
Selain ARV, gizi yang cukup sangat penting bagi anak dengan HIV. Anak ini lebih rentan terhadap malnutrisi. Nutrisi yang baik membantu memperkuat tubuh dan menurunkan jumlah virus dalam darah.
Imunisasi yang tepat waktu juga diperlukan untuk mencegah infeksi lain yang dapat memperburuk kondisi anak. Selain itu, pemantauan rutin secara klinis dan melalui tes laboratorium wajib dilakukan. Ini membantu memastikan terapi berjalan efektif dan tumbuh kembang anak tetap terjaga.
Peran Orang Tua Mendampingi Anak dengan HIV
Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi anak yang terinfeksi HIV. Orang tua perlu memberikan dukungan emosional yang konsisten dan penuh kasih sayang agar anak merasa aman dan diterima. Lingkungan yang stabil dan terbuka juga membantu anak nyaman berbagi perasaan dan kekhawatirannya.
Selain itu, orang tua harus membantu anak menghadapi stigma dengan mengedukasi keluarga dan lingkungan sekitar tentang fakta HIV. Mencari dukungan dari komunitas dan tenaga kesehatan bisa memperkuat anak dan keluarga. Dengan dukungan yang tepat, anak akan tumbuh lebih percaya diri dan dapat menjalani hidup dengan bahagia meski hidup dengan HIV.
A Word From Navila
Deteksi dini HIV pada anak sangat penting agar pengobatan bisa diberikan sejak awal dan komplikasi serius dapat dicegah. Dengan skrining cepat dan penanganan tepat, anak memiliki peluang tumbuh sehat dan menjalani hidup lebih baik.
Tak hanya terapi medis, peran orang tua dalam memberikan dukungan emosional juga sangat krusial. Lingkungan yang suportif membantu anak merasa diterima dan tetap semangat menjalani hari-harinya tanpa beban stigma.
Untuk memastikan tumbuh kembang anak tetap optimal, penting juga bagi orang tua untuk memantau status gizinya. Yuk, pelajari lebih lanjut tentang status gizi normal pada anak di: Bagaimana Cara Mengklasifikasikan Status Gizi Normal pada Anak?
References
- Kemenkes. Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Penularan Didominasi Ibu Rumah Tangga. Retrieved from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230508/5742944/kasus-hiv-dan-sifilis-meningkat-penularan-didominasi-ibu-rumah-tangga/
- Prendergast, A. J., Klenerman, P., & Goulder, P. J. (2012). The impact of differential antiviral immunity in children and adults. Nature Reviews Immunology, 12(9), 636-648. https://www.nature.com/articles/nri3277
- WHO. Mother-to-child transmission of HIV. Retrieved from https://www.who.int/teams/global-hiv-hepatitis-and-stis-programmes/hiv/prevention/mother-to-child-transmission-of-hiv
- Boston Children’s Hospital. Congenital HIV. Retrieved from https://www.childrenshospital.org/conditions/congenital-hiv
- Clinical HIV. Diagnosis of HIV Infection in Infants and Children. Retrieved from https://clinicalinfo.hiv.gov/en/guidelines/perinatal/management-infants-diagnosis-hiv-infection-children
- Mazzola, L. T., and C. Pérez-Casas. “HIV/AIDS diagnostics technology landscape 5th.” 2015. https://unitaid.org/uploads/UNITAID_HIV_Nov_2015_Dx_Landscape-1.pdf
- NCBI. NUTRITION FOR HIV-INFECTED INFANTS AND CHILDREN. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK138589/
- Martin, S., Calabrese, S. K., Wolters, P. L., Walker, K. A., Warren, K., & Hazra, R. (2012). Family functioning and coping styles in families of children with cancer and HIV disease. Clinical pediatrics, 51(1), 58-64. https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0009922811417300
- The Well Project. Talking with Your Children about HIV: HIV Awareness for Children. Retrieved from https://www.thewellproject.org/hiv-information/talking-your-children-about-hiv-hiv-awareness-children
- HIV. Supporting Someone with HIV. Retrieved from https://www.hiv.gov/hiv-basics/overview/making-a-difference/supporting-someone-living-with-hiv