Banyak Mams merasa lega saat melihat si kecil tampak aktif, ceria, dan tidak tampak kurus. Namun, penampilan luar sering kali tidak mencerminkan kondisi gizi sebenarnya. Anak bisa terlihat sehat secara fisik, padahal diam-diam berada di ambang risiko gizi kurang atau stunting. Karena itu, penting bagi orang tua memahami cara menilai status gizi anak dengan pendekatan ilmiah, bukan hanya mengandalkan firasat atau kata orang.

Status gizi normal pada anak tidak cukup dinilai dari berat badan semata. Aspek tinggi badan, usia, dan rasio antara keduanya juga berperan penting. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan kurva pertumbuhan dan klasifikasi Z-score sebagai standar penilaian yang berlaku global. Lewat panduan ini, Mams bisa mengetahui apakah tumbuh kembang anak berada dalam rentang normal atau justru memerlukan perhatian lebih. Artikel ini akan mengajak Mams memahami cara membaca kurva WHO, mengenali arti Z-score, dan memastikan langkah konkret agar anak tetap berada di jalur pertumbuhan yang sehat.

Apa Itu Status Gizi Normal dan Mengapa Penting Dipahami Secara Ilmiah?

Status gizi normal pada anak menggambarkan kondisi ketika berat dan tinggi badan anak sesuai dengan standar kesehatan global berdasarkan usianya. Artinya, anak tidak hanya terlihat “cukup makan”, tapi secara data berada di jalur tumbuh kembang yang tepat. WHO menggunakan pendekatan Z-score, yaitu satuan yang menunjukkan seberapa jauh ukuran tubuh anak dari nilai tengah populasi sehat dunia. Rentang Z-score antara -2 hingga +2 menandakan bahwa anak berada dalam kategori gizi normal.

Pentingnya pendekatan ilmiah ini terletak pada akurasinya dalam mendeteksi risiko. Banyak anak terlihat aktif dan makan lahap, namun ternyata berat badannya tidak sesuai dengan tinggi atau usianya. Bahkan, kasus stunting ringan kerap luput karena tidak terpantau secara data. WHO menyebut bahwa 1 dari 4 anak Indonesia mengalami gangguan pertumbuhan, sebagian besar tidak menunjukkan gejala mencolok. Tanpa pemantauan berbasis kurva, potensi gangguan kognitif dan imunitas bisa luput dari perhatian.

Dengan memahami status gizi secara ilmiah, Mams bisa memberikan respons yang tepat sebelum terjadi masalah lebih lanjut. Anak dengan gizi seimbang cenderung tumbuh lebih optimal, baik dari sisi fisik, mental, maupun sosial. Gizi yang cukup bukan hanya mendukung tumbuh tinggi, tetapi juga memperkuat sistem imun dan fungsi otak. Maka dari itu, pemantauan yang teratur dan berbasis data menjadi langkah penting dalam mendukung masa depan anak.

Cara Menilai dan Mengukur Status Gizi Anak di Rumah

Mams tidak perlu menunggu jadwal ke posyandu untuk bisa memantau status gizi anak. Pengukuran bisa dimulai dari rumah, asalkan dilakukan dengan benar. Ukur berat badan dan tinggi badan anak secara berkala, lalu catat usia dengan tepat. Data ini nantinya dibandingkan dengan kurva pertumbuhan WHO, yang mencakup indikator seperti BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), dan BB/TB (berat badan menurut tinggi badan).

Langkah selanjutnya adalah memplot hasil pengukuran ke kurva pertumbuhan WHO atau grafik KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sana, Mams bisa membaca posisi anak dalam grafik berdasarkan Z-score. Misalnya, anak usia dua tahun dengan berat 11 kg dan tinggi 85 cm umumnya memiliki nilai Z-score mendekati nol, yang berarti status gizinya tergolong normal. Angka ini menjadi penanda seberapa jauh anak menyimpang dari rata-rata anak sehat dunia.

Jika nilai Z-score berada di bawah -2, maka anak tergolong gizi kurang. Sebaliknya, skor di atas +2 menunjukkan kelebihan gizi hingga risiko obesitas. Melalui pendekatan ini, penilaian menjadi lebih objektif dan tidak berdasarkan persepsi. Kurva WHO sendiri disusun dari data anak sehat di berbagai negara, sehingga dapat diandalkan sebagai acuan global. Dengan alat ukur sederhana dan pemahaman yang tepat, Mams bisa memegang kendali atas kesehatan gizi anak sejak dini.

Apa Arti Gizi Anak Normal dan Apa yang Harus Dilakukan Jika Sudah dalam Zona Aman?

Ketika anak berada dalam rentang Z-score -2 hingga +2, artinya dia tumbuh sesuai dengan standar pertumbuhan anak sehat dunia. Ini merupakan kabar baik yang menandakan bahwa pondasi tumbuh kembang anak cukup kuat. Namun, bukan berarti tugas orang tua selesai. Justru, saat anak berada dalam kondisi ideal inilah, upaya menjaga kestabilan pertumbuhan perlu lebih diperhatikan agar grafik tidak mengalami penurunan di masa depan.

Pemantauan pertumbuhan sebaiknya dilakukan secara rutin, setiap bulan untuk balita, dan setiap enam bulan untuk anak usia sekolah. Selain itu, asupan makanan juga harus tetap dijaga. Pastikan anak mendapat protein berkualitas, lemak sehat, serta vitamin dan mineral penting seperti zat besi, kalsium, dan vitamin D. Nutrisi ini penting tidak hanya untuk tinggi badan, tapi juga daya tahan tubuh, perkembangan otak, dan stabilitas emosi anak.

Mams juga bisa mendukung gizi seimbang dengan pola hidup sehat. Hindari kebiasaan makan sambil menonton layar, karena ini bisa memicu makan berlebihan atau mengganggu sinyal kenyang. Dorong anak untuk aktif bergerak setiap hari, dan pastikan ia cukup tidur sesuai usianya. Lingkungan yang mendukung, rutinitas yang konsisten, serta perhatian emosional dari orang tua merupakan pelengkap penting dalam menjaga status gizi tetap ideal.

Kesalahan Umum Saat Menilai Gizi Anak dan Cara Menghindarinya

Salah satu kesalahan paling umum adalah menyamakan “gemuk” dengan “sehat”. Padahal, kelebihan berat badan justru dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes, hipertensi, bahkan gangguan psikologis. WHO mencatat bahwa banyak orang tua tidak menyadari bahwa anaknya masuk dalam kategori overweight karena hanya menilai dari penampilan fisik.

Kesalahan lain adalah kurangnya perhatian terhadap tinggi badan anak. Banyak orang tua hanya fokus pada angka berat, padahal tinggi badan juga merupakan indikator penting dalam menilai status gizi secara utuh. Tanpa data tinggi badan, interpretasi status gizi bisa meleset. Misalnya, berat anak terlihat cukup, tapi ternyata tinggi badannya jauh di bawah rata-rata, yang bisa jadi tanda masalah pertumbuhan.

Selain itu, tidak memperbarui grafik pertumbuhan secara berkala juga menjadi kendala. Banyak keluarga lupa mengisi KMS atau tidak membawa anak ke layanan kesehatan untuk pemantauan rutin. Terakhir, membandingkan anak dengan teman sebaya atau saudara juga bisa menyesatkan. Setiap anak punya laju pertumbuhan yang unik. Fokuslah pada tren pertumbuhan anak sendiri, bukan pada perbandingan yang belum tentu relevan.

A Word From Navila

Mengetahui status gizi anak bukan sekadar mencari label “normal” atau “tidak normal”. Ini adalah langkah bijak orang tua dalam memastikan si kecil tumbuh sesuai potensinya. Melalui pemantauan Z-score dan kurva WHO, Mams bisa melihat gambaran yang lebih objektif tentang pertumbuhan anak, bukan sekadar tebak-tebakan berdasarkan penampilan luar.

Namun ingat, status gizi normal pada anak adalah permulaan, bukan akhir. Konsistensi dalam memantau, memberikan gizi seimbang, serta menciptakan pola hidup sehat akan membantu menjaga kestabilan grafik pertumbuhan si kecil. Jangan tunggu sampai ada penurunan. Yuk, lanjutkan langkah kecil hari ini dengan membaca artikel berikutnya: 8 Cara Mencegah Stunting agar Pertumbuhan Anak Lebih Optimal. Karena masa depan yang kuat dimulai dari gizi yang terjaga hari ini.


References

  • Saha, K. K., Frongillo, E. A., Alam, D. S., Arifeen, S. E., Persson, L. Å., & Rasmussen, K. M. (2009). Use of the new World Health Organization child growth standards to describe longitudinal growth of breastfed rural Bangladeshi infants and young children. Food and nutrition bulletin, 30(2), 137-144. https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/156482650903000205
  • Global Nutrition Report. Country Nutrition Profiles. Retrieved from https://globalnutritionreport.org/resources/nutrition-profiles/asia/south-eastern-asia/indonesia/
  • WHO. Weight-for-age. Retrieved from https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards/weight-for-age
  • PediTools. Growth: from 0 to 24 months. Retrieved from https://peditools.org/growthwho/
  • ESI. Understanding and using z-scores to track children’s growth. Retrieved from https://www.ellynsatterinstitute.org/family-meals-focus/66-understanding-and-using-z-scores-to-track-childrens-growth/
  • CDC. SAS Program for WHO Growth Charts. Retrieved from https://www.cdc.gov/growth-chart-training/hcp/computer-programs/sas-who.html
  • Mayo Clinic. Nutrition for kids: Guidelines for a healthy diet. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/nutrition-for-kids/art-20049335