Saat si kecil sudah mulai besar, perilakunya terkadang akan membuat Bunda jengkel karena dirasa tidak menurut ucapan Bunda.

Namun, perlu Bunda ketahui, ucapan orang tua memiliki pengaruh besar dan bisa melekat pada anak lebih lama dari yang Bunda kira.

Maka dari itu, Bunda harus tetap menjaga lisan Bunda dalam mendidik si kecil.

Berikut ini beberapa contoh kata-kata yang tidak boleh diucapkan pada anak menurut beberapa psikolog anak.

Kata-kata yang Tidak Boleh Diucapkan pada Anak

Berikut adalah kata-kata yang tidak boleh diucapkan pada anak dari Bunda, di antaranya:

“Kamu Ini Bisanya Cuma Bikin Bunda Marah!”

Dalam psikologi, kalimat seperti ini dikenal sebagai “blame shifting,” yaitu ketika seseorang berusaha membuat orang lain bertanggung jawab atas emosinya.

Alih-alih mengakui perasaan sendiri dan memberi contoh yang baik pada anak, Bunda justru melampiaskan beban emosional pada anak, membuat dia merasa bertanggung jawab atas perasaan Bunda. Ini tidak adil dan terlalu berat bagi anak.

Ada cara yang lebih tepat Bunda lakukan daripada melampiaskan emosi pada anak. Sebagai contoh, lebih baik Bunda mengatakan “Bunda tidak suka kalau kamu melakukan itu,” daripada ungkapan di atas. Dengan cara ini, Bunda menyampaikan emosi tanpa membuat anak merasa bersalah.

Jika Bunda terlanjur mengatakan sesuatu seperti “Kamu ini bisanya cuma bikin Bunda marah,” sebaiknya segera minta maaf kepada anak agar dia tidak merasa bersalah.

Seperti yang disarankan oleh Amy Morin, seorang pekerja sosial klinis berlisensi.

“Jangan Menangis!” atau “Gak Boleh Nangis!”

Kedua ungkapan ini kurang menunjukkan empati dan mengajarkan anak untuk menekan perasaannya. Ini sangat berisiko buruk bagi perkembangan emosionalnya di masa depan.

Mengatakan dua ungkapan ini malah akan membuat anak semakin emosi, menurut Martha Deiros Collado, seorang psikolog klinis.

Apalagi membawa istilah gender, seperti laki-laki gak boleh nangis,” ini sangat melukai perasaan dan harga dirinya jauh lebih dalam.

Perasaan yang harus dikeluarkan tidak boleh ditekan. Sebelum tangisan si kecil mereda, emosi harus dikeluarkan dan perasaan tersebut harus didengar.

Mengajarkan anak untuk menahan emosi bisa menyebabkan masalah mental di masa depannya, seperti kecemasan atau gangguan suasana hati, seperti yang dijelaskan oleh Kristin Loiselle Rich, seorang psikolog anak di Cincinnati Children’s Hospital.

“Semuanya akan Baik-baik Saja”

Mungkin terdengar menenangkan, namun efek dari mengatakan ungkapan ini adalah membuat anak cenderung menyepelekan sesuatu yang akan datang.

Tidak ada yang berjalan mulus di dunia ini, jadi sangat penting untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi kehidupan daripada menggampangkannya.

Jadi, ajarkan anak untuk kuat dan bersiap-siap menjalani tantangan kehidupan yang tidak terduga. Ketika ada saatnya terkena musibah, alih-alih mengatakan “semuanya akan baik-baik saja,” coba bantu anak mempersiapkan diri untuk kesempatan berikutnya.

“Nurut Kata Bunda!”

Bukan berarti tidak boleh mengatakan ungkapan ini Bunda. Namun, ada saatnya biarkan si kecil mengambil keputusannya sendiri, kecuali jika keputusannya tersebut memang salah total.

Cindy T. Graham, seorang psikolog klinis mengatakan penting untuk menghargai keputusan anak dan memberikan penjelasan sesuai umurnya tentang mengapa keputusan tersebut boleh diambil atau tidak. 

“Jangan Diam Saja! Gunakan Mulutmu untuk Bicara!”

Dalam konteks ini, anak-anak biasanya suka memendam beban dan emosinya karena takut membuat Bunda khawatir atau marah jika membicarakannya.

Deiros Collado menjelaskan bahwa diamnya anak juga karena keterbatasan kosakata untuk menjelaskannya.

Bunda yang tidak sabar pasti akan memarahi si kecil karena menutupi masalahnya dengan ungkapan di atas.

Tentu saja ini sangat salah Bunda, tugas orang tua adalah membantu anak-anak menyelesaikan masalahnya, bukan malah menyalahkannya.

Untuk itu, Bunda bisa menanyakannya dengan santai dan dengan keadaan yang tenang. Misalnya, “Sepertinya kamu sedih. Ada apa sayang?”

“Dasar Anak Pemalas”

Menyebut anak pemalas malah akan membuat anak semakin malas. Perkataan negatif bisa membuat perilakunya menjadi lebih buruk.

Jika anak terlihat lambat atau suka menunda sesuatu, mungkin bukan karena mereka malas, tetapi karena mereka tidak tahu caranya menyelesaikan masalahnya.

Daripada menyalahkannya bantulah anak belajar lebih giat lagi dalam melakukan sesuatu.

“Bunda Sedang Tidak Ada Uang”

Ada masanya anak-anak meminta dibelikan sesuatu, entah itu mainan, makanan, atau barang lain yang menarik perhatiannya.

Ketika anak meminta mainan yang harganya mahal, orang tua sebaiknya menghindari mengatakan “Bunda sedang tidak ada uang, nak” saat menolak permintaan tersebut.

Ungkapan ini bisa memberikan kesan bahwa orang tua tidak mampu mengelola keuangan.

Sebagai gantinya, coba beri pemahaman kepada anak saat harus menolak membeli mainan yang harganya cukup mahal, seperti “Nabung dulu yuk biar bisa beli mainannya.”

“Kamu itu Bisanya Apa sih?!”

Ungkapan ini adalah salah satu contoh kalimat negatif yang bisa merusak mental anak.

Memang bisa menjadi tantangan untuk tetap tenang ketika anak tidak mendengarkan, tetapi merasa frustasi tidak akan menyelesaikan masalah Bunda.

Seperti yang disampaikan oleh The Family Shed, ketika menghadapi situasi seperti ini, cobalah untuk bersabar dan ingat bahwa anak-anak masih dalam proses belajar.

Tunjukkan bahwa Bunda sabar dan siap untuk membantu si kecil. Ini akan sangat membantu dalam membangun rasa percaya diri dan keyakinan pada anak.

Kesimpulannya, dalam mendidik anak, kata-kata yang diucapkan oleh orang tua memiliki pengaruh besar dan dapat meninggalkan bekas yang mendalam pada perkembangan mental dan emosional anak. 

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menghindari kalimat-kalimat negatif yang bisa merusak kepercayaan diri anak dan menggantinya dengan ungkapan yang lebih konstruktif dan penuh pengertian. 

Dengan bersikap sabar, memberikan penjelasan yang jelas, dan mendukung proses belajar anak, orang tua dapat membantu membentuk karakter anak yang kuat dan sehat secara emosional.

Bunda tertarik untuk melihat informasi moms and baby terlengkap lainnya? Yuk, kunjungi media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare.