Kecerdasan anak sering kali menjadi topik perdebatan di kalangan orang tua, terutama terkait faktor apa yang paling berpengaruh, genetik atau lingkungan.
Salah satu pertanyaan yang paling umum diajukan adalah apakah kecerdasan anak lebih dominan diwarisi dari ibu atau ayah.
Untuk itu, berikut informasi seputar kecerdasan anak menurun dari siapa. Simak sampai habis ya!
Faktor Genetik Kecerdasan Anak: Siapa yang Berperan Lebih Besar?
Pengaruh ibu terhadap kecerdasan anak ternyata lebih dominan daripada ayah.
Penelitian menunjukkan bahwa genetik ibu lebih dominan menentukan seberapa cerdas seorang anak, dan pengaruh ayah terhadap kecerdasan anak tidak memiliki pengaruh langsung dalam hal ini.
Wanita lebih mungkin mewariskan gen kecerdasan kepada anak-anak mereka karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X, dan wanita memiliki dua kromosom X, sementara pria hanya memiliki satu.
Penelitian di Glasgow menemukan bahwa teori yang diambil dari studi tikus terbukti relevan dalam kenyataan setelah mereka mewawancarai 12.686 remaja berusia 14 hingga 22 tahun setiap tahun sejak 1994.
Meskipun memperhitungkan berbagai faktor, seperti pendidikan peserta, ras, dan status sosial ekonomi mereka, tim tersebut tetap menemukan bahwa prediktor terbaik untuk kecerdasan adalah IQ ibu.
Meskipun ibu memberikan kontribusi besar terhadap kecerdasan melalui kromosom X, bukan berarti ayah tidak berperan.
Ayah memainkan peran yang lebih menonjol dalam perkembangan kognitif yang berhubungan dengan keterampilan sosial dan emosional.Â
Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ayah seringkali lebih terlihat dalam perkembangan keterampilan kognitif tertentu seperti pemecahan masalah, kemampuan berpikir logis, dan pengendalian diri.
Keterlibatan ayah dalam pola asuh yang suportif dan interaktif juga dapat meningkatkan perkembangan emosional dan kognitif anak.
Epigenetik dan Kecerdasan: Genetik yang Dipengaruhi Lingkungan
Menurut CDC, epigenetik merupakan bidang keilmuan yang mempelajari bagaimana perilaku dan lingkungan seseorang dapat mengubah gen di dalam tubuh.
Ini berarti, meskipun seseorang dilahirkan dengan kumpulan gen tertentu, lingkungan di mana dia tumbuh dan berkembang dapat mempengaruhi apakah gen tersebut akan “diaktifkan” atau “dinonaktifkan.”Â
Ini sangat relevan dalam pembahasan mengenai kecerdasan anak, karena tidak hanya gen yang diwariskan dari orang tua yang penting, tetapi juga bagaimana gen tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup dan pola makan orang tua, bahkan sebelum kehamilan, dapat mempengaruhi ekspresi gen anak, termasuk gen yang terkait dengan kecerdasan.
Berikut adalah beberapa faktor penting:
- Nutrisi sebelum dan selama kehamilan
- Stres selama kehamilan
- Kebiasaan hidup seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan paparan polusi selama kehamilan
- Olahraga dan aktivitas fisik
Salah satu studi epigenetik paling terkenal adalah studi tentang Dutch Hunger Winter, di mana terjadi kelaparan massal di Belanda selama Perang Dunia II.
Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami kekurangan gizi selama kehamilan menunjukkan hasil perkembangan kognitif yang lebih rendah dibandingkan anak-anak yang lahir dari ibu dengan nutrisi yang cukup.
Bahkan, dampaknya masih bisa terlihat pada generasi berikutnya, menunjukkan bagaimana kekurangan nutrisi selama kehamilan bisa mempengaruhi ekspresi gen yang diturunkan.
Lingkungan dan Pola Asuh: Apakah Bisa Melampaui Genetik?
Ketika berbicara tentang kecerdasan anak, banyak yang meyakini bahwa faktor genetik adalah penentu utama.
Namun, penelitian modern menunjukkan bahwa lingkungan dan pola asuh memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk dan mengoptimalkan kecerdasan anak.
Bahkan, dalam beberapa kasus, pengaruh lingkungan dan pola asuh yang tepat dapat mengimbangi atau melampaui potensi yang diturunkan secara genetik.
Faktor lingkungan dan kecerdasan anak ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan, beberapa faktor di antaranya:
1. Pendidikan Formal & Non Formal
Pendidikan formal dan non-formal memiliki dampak besar pada perkembangan kecerdasan anak.
Anak-anak yang memiliki akses ke pendidikan berkualitas menunjukkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tidak memiliki akses tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dini, terutama pada usia prasekolah, membantu meningkatkan kemampuan bahasa, logika, dan pemecahan masalah.
2. Interaksi Sosial
Interaksi sosial tidak hanya mempengaruhi keterampilan sosial dan emosional anak, tetapi juga berdampak pada kecerdasan mereka.
Sosialiasi dengan orang lain, terutama yang melibatkan diskusi dan kerja sama, merangsang perkembangan otak anak.
Melalui interaksi sosial, anak belajar berkomunikasi, bernegosiasi, dan menyelesaikan masalah, yang semuanya adalah komponen penting dari kecerdasan emosional dan kognitif.
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga sangat penting bagi perkembangan otak anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang aktif secara fisik cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, termasuk dalam hal memori, perhatian, dan pemecahan masalah.
Aktivitas fisik membantu meningkatkan aliran darah ke otak, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan belajar dan memori.
Sementara untuk pola asuh, menurut penelitian Poltekkes Palembang, pola asuh berperan penting dalam membentuk berbagai aspek diri anak, seperti kendali emosi, empati, kemampuan beradaptasi, kemandirian, dan sikap hormat.
Kecerdasan anak mulai terbentuk sejak masa golden age, di mana perkembangan otak anak mencapai 50% hingga 80%.Â
Pada fase ini, penting bagi anak untuk mendapatkan stimulus dan pengasuhan yang tepat, karena selain kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional dan sosial juga berkembang pesat.
Pengasuhan yang baik selama periode ini akan mengoptimalkan pertumbuhan anak.
Semua jenis pola asuh sebenarnya memiliki sisi keunggulan masing-masing, namun pola asuh demokratislah yang terbaik dalam perkembangan anak.
Melalui komunikasi dua arah yang baik, anak tumbuh menjadi pribadi mandiri, disiplin, percaya diri, dan berprestasi.
Selain itu pola asuh juga cukup mempengaruhi kesehatan mental anak.
Jadi kesimpulannya, kecerdasan anak menurun dari siapa? Jawabannya adalah lebih dominan dari ibu.
Genetik atau pola asuh dalam kecerdasan anak sama-sama turut andil dalam penentu kemampuan otaknya.
Di mana gen yang diwariskan dari orang tua memberikan dasar potensi kecerdasan, sementara pola asuh, pendidikan, dan nutrisi, mempengaruhi seberapa optimal potensi tersebut berkembang.Â
Mau informasi seputar ibu dan bayi lainnya? Yuk kunjungi akun Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Semoga bermanfaat!