Si kecil sudah menginjak remaja ya Mams? Apakah dia mengalami banyak perubahan termasuk fisik dan emosional? Terkadang tingkah laku remaja memang sering membingungkan dan nakal. Mungkin Mams sampai bertanya-tanya mengapa remaja sulit diatur.

Ada orangtua yang merasa khawatir karena perilaku anak remaja yang sulit diatur, sementara yang lain merasa tertekan karena sikap mereka yang sering berubah-ubah. Tenang Mams, semua itu ada alasannya. Yuk, ulik lebih lanjut mengenai mengapa remaja sulit diatur dan ada apa di masa remaja?

Remaja adalah….

Masa remaja adalah fase perubahan cepat akibat lonjakan hormon. Anak berkembang pesat menuju kedewasaan, menghadapi perubahan fisik, emosional, sosial, dan psikologis.

Otak mereka masih berkembang, terutama dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan emosi, dengan kematangan penuh di usia 20-an. Bagi sebagian remaja, masa ini terasa mudah, sementara bagi yang lain, penuh tantangan.

Orang tua sering bingung menghadapi perubahan sikap anak remaja, misalnya dari ceria menjadi pendiam. Secara umum, remaja memiliki beberapa ciri khas, seperti:

1. Perilaku yang Tidak Konsisten

Remaja sering kali ingin dekat dengan seseorang, tapi di saat yang sama butuh waktu sendiri. Mereka kadang bingung dengan keinginan mereka sendiri.

2. Emosi yang Sering Berubah-ubah

Remaja lebih rentan terhadap perubahan suasana hati, mudah merasa cemas, atau bahkan depresi, namun perasaan ini bisa cepat berubah menjadi kegembiraan atau semangat untuk petualangan.

3. Independen, Tapi Tetap Membutuhkan Dukungan

Meskipun mereka ingin mandiri dan tidak bergantung pada orangtua, remaja tetap butuh dukungan dari keluarga, terutama saat menghadapi masalah atau peristiwa emosional. Mereka sering menunjukkan kemandirian mereka, tapi juga ingin tetap mendapat perhatian dan bantuan saat dibutuhkan.

4. Teman Itu Penting

Bagi remaja, teman sebaya adalah sistem dukungan utama. Mereka merasa aneh jika berbeda dengan teman-temannya, meskipun mereka juga ingin diakui sebagai individu yang unik. Mereka selalu mencari persetujuan dari teman-temannya.

5. Mencari Identitas dan Membangun Sikap

Remaja cenderung ingin memiliki sikap dan kepribadian sendiri. Mereka sering meniru orang yang mereka kagumi, hingga akhirnya menemukan dan membentuk sikap serta identitas mereka sendiri.

Remaja dan Depresi

Masa remaja sering dikaitkan dengan depresi dan risiko bunuh diri. Data WHO (2024) mencatat bahwa setiap 40 detik, satu orang di dunia bunuh diri, dengan bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua terbanyak pada usia 15-19 tahun. Secara global, lebih dari 322 juta orang dari berbagai usia berjuang melawan depresi.

Studi PBB juga menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba menyebabkan lebih dari 200 ribu kematian pada 2014 dan meningkat menjadi 450 ribu pada 2015. Angka ini terus bertambah, dipicu oleh berbagai masalah emosional yang kompleks.

Beberapa tanda bahwa remaja membutuhkan konseling psikologis:

1. Melukai Diri Sendiri

Jika seorang remaja mulai melukai dirinya, seperti dengan memotong tubuh atau memukul dirinya, itu bisa menjadi tanda adanya gangguan emosional atau ketidakseimbangan psikologis. Perilaku ini bisa berulang dan semakin buruk seiring waktu.

2. Penyalahgunaan Zat Terlarang

Penyalahgunaan narkoba atau alkohol yang berkelanjutan seringkali menjadi tanda depresi pada remaja. Remaja yang mengalami depresi lebih rentan terjerumus dalam penyalahgunaan zat. Orangtua perlu segera mengambil tindakan, terutama jika ada riwayat penyalahgunaan zat dalam keluarga.

3. Pikiran atau Percobaan Bunuh Diri

Seringkali orang tua tidak menganggap ancaman bunuh diri atau percobaan bunuh diri dengan serius, menganggapnya hanya sebagai “drama” remaja. Namun, setiap ancaman atau percobaan bunuh diri harus ditanggapi dengan perhatian profesional dan segera.

Mengapa Remaja Sulit Diatur?

Remaja seringkali sulit diatur karena banyak perubahan yang terjadi pada diri mereka selama masa remaja. Berikut beberapa faktor utama yang memengaruhi perilaku mengapa remaja sulit diatur mengutip dari berbagai sumber:

1. Perkembangan Otak

Di masa remaja, otak mereka masih berkembang, khususnya bagian korteks frontal yang mengatur emosi, pengambilan keputusan, dan logika. Bagian otak ini belum sepenuhnya matang, sementara amigdala, yang berhubungan dengan emosi, berkembang lebih cepat. 

Inilah yang membuat remaja lebih mudah terpengaruh emosi dan sering kali bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan dengan matang.

2. Hormon

Perubahan hormon yang terjadi selama masa remaja dapat mempengaruhi perilaku mereka. Hormon yang melonjak membuat remaja lebih impulsif dan berani mengambil risiko. Ini salah satu alasan mengapa mereka sering melakukan hal-hal yang bisa berbahaya atau tidak dipikirkan sebelumnya, seperti mencoba alkohol, narkoba, atau melakukan tindakan yang sembrono.

3. Pencarian Identitas

Masa remaja adalah waktu bagi mereka untuk mencari tahu siapa diri mereka sebenarnya. Mereka mencoba berbagai peran dan gaya hidup untuk menemukan mana yang sesuai dengan kepribadian mereka. 

Proses ini bisa membingungkan dan sering kali penuh dengan percobaan. Karena itu, mereka mungkin terlihat bingung atau berubah-ubah dalam bertindak, karena mereka sedang mencari jati diri.

4. Tekanan Sosial

Remaja sangat dipengaruhi oleh teman-temannya. Mereka cenderung ingin diterima dan diakui oleh kelompok mereka, sehingga mereka sering mengikuti tren atau perilaku teman meskipun itu bukan pilihan terbaik. 

Tekanan dari teman sebaya ini bisa membuat mereka terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang mungkin tidak akan mereka lakukan jika hanya berdasarkan keinginan pribadi.

5. Kemandirian

Di masa remaja, mereka mulai merasakan dorongan untuk lebih mandiri. Mereka ingin membuat keputusan sendiri dan mulai mengurangi ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya. 

Namun, pencarian kemandirian ini bisa terlihat sebagai sikap pemberontakan, karena mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bisa berdiri sendiri tanpa campur tangan orang lain. Meskipun kadang-kadang mereka belum sepenuhnya siap menghadapi tantangan yang datang dengan kemandirian.

Strategi Mengatasi Remaja Sulit Diatur

Jika Mams menghadapi remaja yang sulit, berikut ada tujuh kunci untuk menghadapinya dengan lebih baik, yang diambil dari buku How to Communicate Effectively and Handle Difficult Teenagers. 

Tidak semua tips ini mungkin cocok dengan situasi Mams, jadi pilih yang paling relevan dan abaikan yang tidak diperlukan untuk menghadapi masalah mengapa remaja sulit diatur.

1. Hindari Marah pada Anak

Remaja yang nakal sering kali berusaha memancing emosi negatif orang tua, seperti membentak atau memukul. Semakin Mams marah atau tersinggung, semakin besar puka kemungkinan mereka merasa mengendalikan situasi. 

Oleh karena itu, penting untuk tetap tenang. Jika Mams merasa kesal, coba tarik napas dan hitung sampai sepuluh. Ini membantu merespons lebih bijak tanpa memperburuk keadaan.

2. Tentukan Batasan yang Jelas

Remaja sering ingin tahu sejauh mana mereka bisa bebas, yang membuat mereka melanggar aturan. Penting untuk menetapkan batasan yang jelas dan adil agar hubungan tetap sehat. Misalnya, pastikan mereka menghormati Mams, dan beri mereka hak serta aturan yang sesuai dengan situasi, baik itu di rumah atau di sekolah.

3. Gunakan Komunikasi yang Tegas dan Efektif

Komunikasi yang jelas dan tegas sangat penting saat menghadapi remaja yang sulit. Dengan cara ini, Mams bisa menjaga kontrol atas percakapan dan memastikan nasehat Mams tersampaikan tanpa menambah ketegangan. Hal ini juga membantu remaja merasa didengar dan dihargai.

4. Fokus pada Ketua Geng Remaja Nakal

Jika berhadapan dengan kelompok remaja yang nakal, fokuslah pada ketua geng-nya. Biasanya, jika ketua geng mengikuti aturan, anggota lainnya akan cenderung mengikuti. Mams juga bisa memisahkan mereka secara fisik, misalnya dengan mengubah tempat duduk atau membagi mereka dalam kelompok terpisah.

5. Di Situasi Santai, Buat Humor dan Tunjukkan Empati

Dalam situasi yang lebih santai, cobalah tetap tenang dan tunjukkan empati. Jangan terlalu cepat marah atau memberi nasihat yang tidak diminta, karena bisa dianggap sebagai kritik. Senyum dan sikap positif dapat membuat remaja merasa lebih nyaman meskipun mereka sedang berperilaku sulit.

6. Beri Mereka Kesempatan untuk Membantu Memecahkan Masalah

Remaja sering merasa tidak didengarkan. Jika mereka kesal, beri kesempatan untuk berbicara dengan Anda tanpa terburu-buru memberi solusi. Tanyakan apakah mereka ingin mendengar pendapat Mams, agar mereka merasa memiliki kontrol dalam percakapan dan merasa lebih terbuka.

7. Di Situasi Serius, Terapkan Konsekuensi untuk Mengurangi Penolakan

Jika remaja terus melanggar aturan, penting untuk menerapkan konsekuensi yang jelas dan tegas. Konsekuensi yang konsisten akan membuat mereka berpikir dua kali sebelum melanggar lagi. Ini dapat mengurangi penolakan dan membantu mereka untuk lebih bekerja sama.

A Word From Navila

Remaja tidak selalu menjadi masalah, tapi sikap dan pemahaman orang tua sangat berperan dalam hal ini. Terkadang orang tua merasa malu atau gagal saat menyadari ada yang tidak beres dengan anak mereka. Padahal, meminta bantuan itu bukanlah tanda kelemahan. Yang lebih penting, jika masalah kesehatan mental tidak ditangani dengan baik, bisa berdampak panjang pada kehidupan remaja. 

Apa yang bisa dilakukan orang tua? Saatnya kita lebih peduli dengan kesehatan mental remaja dan mengetahui: Tips Menghadapi Masa Pubertas Anak. 


References

  • WHO. Adolescent and young adult health. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescents-health-risks-and-solutions
  • Preston Ni Communication Coaching. How to Communicate Effectively and Handle Difficult Teenagers. Retrieved from https://nipreston.com/new/project/how-to-communicate-effectively-and-handle-difficult-teens/