Setiap anak memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Ada yang lahap setiap kali disajikan makanan, tapi ada juga yang cepat kenyang meski baru makan beberapa suap. Anak dengan pola makan seperti ini sering disebut small eater. Kondisi small eater adalah bukan penyakit, melainkan kecenderungan anak untuk makan dalam porsi kecil, meski tetap aktif bergerak dan terlihat sehat.
Meskipun terlihat sehat, pola makan small eater tetap perlu diperhatikan. Tanpa strategi yang tepat, anak berisiko kekurangan gizi, yang dapat memengaruhi pertumbuhan, daya tahan tubuh, hingga kemampuan belajarnya. Karena itu, penting bagi Mams memahami apa itu small eater, penyebabnya, dan cara mengoptimalkan asupan gizi harian agar tumbuh kembang si kecil tetap terjaga.
Apa yang Dimaksud dengan Small Eater pada Anak?
Anak small eater adalah mereka yang cepat kenyang sehingga makan dalam porsi kecil. Berbeda dengan picky eater yang cenderung menolak jenis makanan tertentu, small eater umumnya mau mencoba berbagai jenis makanan, hanya saja jumlah yang dikonsumsi sedikit. Hal ini sering menimbulkan kekhawatiran orang tua, terutama jika dibandingkan dengan anak lain yang makan lebih banyak.
Fisiologisnya, ukuran lambung anak memang masih kecil sehingga kapasitas makan terbatas. Misalnya, balita hanya mampu menampung sekitar setengah porsi orang dewasa. Selain itu, metabolisme anak berbeda-beda, sehingga kebutuhan energi dan pola makan pun tidak selalu sama. Beberapa anak tetap aktif meski makan sedikit karena tubuh mereka efisien dalam menggunakan energi. Namun, tanpa perhatian pada kualitas gizi, risiko defisit zat gizi tetap ada.
Makanan yang dikonsumsi small eater harus padat nutrisi. Kekurangan kalori, protein, atau vitamin penting dapat memengaruhi pertumbuhan, daya tahan tubuh, dan konsentrasi belajar. Untuk itu, orang tua perlu memilih makanan bernutrisi meski porsinya kecil, sekaligus rutin memantau pertumbuhan sesuai standar WHO.
Penyebab Anak Menjadi Small Eater
Setelah usia 1 tahun, pertumbuhan anak melambat secara alami. Jika saat bayi berat badan cepat bertambah, di usia toddler, pertumbuhan hanya sekitar 1–2 kg per tahun. Akibatnya, kebutuhan kalori menurun sehingga nafsu makan pun tampak berkurang. Fenomena ini dikenal sebagai physiological anorexia dan termasuk normal. Selama tumbuh kembang anak sesuai kurva, orang tua tak perlu terlalu cemas.
Kebiasaan sehari-hari juga memengaruhi pola makan. Memberikan susu, camilan manis, atau jus terlalu sering sebelum jam makan utama bisa membuat anak cepat kenyang. Akibatnya, anak kurang tertarik mengonsumsi makanan utama yang seharusnya kaya nutrisi.
Faktor psikologis juga berperan. Anak yang merasa suasana makan menekan, dipaksa, atau terganggu distraksi seperti TV cenderung berhenti makan lebih cepat. Pada usia ini, mereka juga sedang belajar mandiri dan menunjukkan penolakan sebagai bentuk kontrol diri. Dengan memahami faktor-faktor ini, orang tua bisa menyusun strategi pemenuhan gizi yang tepat dan mendukung pertumbuhan optimal.
Dampak Small Eater terhadap Asupan Gizi dan Tumbuh Kembang
Anak small eater adalah kelompok yang cenderung memiliki asupan kalori, protein, zat besi, dan vitamin lebih rendah dibanding kebutuhan harian. Kekurangan kalori membuat energi berkurang, defisit protein menghambat pembentukan sel dan jaringan, sementara kekurangan zat besi bisa menyebabkan anemia, membuat anak cepat lelah dan pucat. Defisiensi vitamin A atau zinc pun dapat mengganggu pertumbuhan dan menurunkan daya tahan tubuh.
Dalam jangka panjang, pola makan terlalu sedikit bisa membuat berat badan stagnan atau turun, yang berdampak pada perkembangan fisik dan kognitif. Anak yang kekurangan nutrisi lebih rentan sakit. Beberapa studi juga menunjukkan risiko stunting akibat asupan gizi kurang, yang memengaruhi tinggi badan, perkembangan otak, dan produktivitas di masa dewasa.
Dampak ini bisa diminimalkan jika porsi kecil yang dikonsumsi tetap padat gizi. Makanan seperti telur, ikan, daging, alpukat, dan produk susu memberikan energi serta mikronutrien penting secara efektif. Pola small frequent meal membantu memenuhi kebutuhan kalori harian tanpa membuat anak merasa terlalu kenyang. Memantau kurva pertumbuhan WHO secara rutin juga penting agar setiap gangguan pertumbuhan bisa terdeteksi dan ditangani lebih awal.
Strategi Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak Small Eater
Untuk mengoptimalkan asupan gizi anak yang makan sedikit, Mams bisa menerapkan pola small frequent meal, yaitu memberi makan 5–6 kali sehari dengan porsi kecil. Pastikan setiap suapan mengandung nutrisi seimbang, bukan sekadar pengganjal perut.
Pilih makanan padat gizi agar setiap porsi kecil tetap bernutrisi tinggi, seperti alpukat, telur, ikan, kacang-kacangan, yogurt, dan keju. Camilan sehat juga bisa membantu, misalnya potongan buah, smoothies, atau roti gandum isi telur. Hindari camilan tinggi gula atau minuman manis menjelang makan utama, karena bisa mengurangi nafsu makan anak.
Kreativitas penyajian makanan juga penting. Variasi warna, tekstur, atau melibatkan anak dalam menyiapkan hidangan sederhana dapat membuat suasana makan menyenangkan dan meningkatkan minat anak untuk makan. Dengan cara ini, meski porsi kecil, kebutuhan gizi harian tetap tercukupi dan tumbuh kembang anak terjaga.
A Word From Navila
Perlu dipahami bahwa small eater adalah kondisi yang wajar, bukan berarti si kecil pasti kekurangan gizi. Anak dengan pola makan sedikit tetap bisa tumbuh sehat jika setiap suapan yang masuk padat nutrisi dan disajikan dengan cara menyenangkan.
Kuncinya ada pada strategi: mulai dari pola small frequent meal, pemilihan makanan kaya protein dan vitamin, hingga menciptakan suasana makan yang nyaman tanpa tekanan. Dengan begitu, meski makannya sedikit, kebutuhan gizi hariannya tetap tercukupi.
Agar tumbuh kembangnya makin optimal, Mams juga perlu menanamkan kebiasaan makan sehat sejak dini. Konsistensi dan kreativitas akan membantu anak lebih terbuka pada variasi makanan bergizi. Yuk, simak panduan lengkapnya di artikel berikut: Cara Efektif Menumbuhkan Kebiasaan Makan Sehat pada Anak.
References
- State of Michigan. Child Nutrition Module. Retrieved from https://www.michigan.gov/-/media/Project/Websites/mdhhs/Assistance-Programs/WIC-Media/Child_Nutrition_Module_10_21_19.pdf?rev=b5fbb87c90d64b228276418c6d09dc2f
- Child Mind Institute. Picky Eating: What’s Normal and What’s Not. Retrieved from https://childmind.org/article/more-than-picky-eating/
- WHO. Child growth standards. Retrieved from https://www.who.int/tools/child-growth-standards
- University of Utah. Why Is My Child Suddenly Not Eating? Retrieved from https://healthcare.utah.edu/the-scope/kids-zone/all/2024/11/why-my-child-suddenly-not-eating
- Gheller, B. J., Li, A. C., Gheller, M. E., Armstrong, T., Vandenboer, E., Bellissimo, N., … & Luhovyy, B. L. (2021). The effect of dairy products and non-dairy snacks on food intake, subjective appetite and cortisol levels in children: a randomized control study. Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism, 46(9), 1097-1104.
- Parents. 13 Signs Your Kid Is Not Eating Enough. Retrieved from https://www.parents.com/signs-your-kid-is-not-eating-enough-11695714
- CDC. How Much and How Often To Feed. Retrieved from https://www.cdc.gov/infant-toddler-nutrition/foods-and-drinks/how-much-and-how-often-to-feed.html
- Mayo Clinic. Children’s health. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/nutrition-for-kids/art-20049335