Bunda pasti menginginkan yang terbaik untuk si kecil, dari kebutuhan, pendidikan, keperluan, dll. Karena Bunda terlalu fokus mengurus si kecil, terkadang Bunda pasti melupakan kebutuhan Bunda sendiri.
Alhasil, Bunda mengalami kelelahan yang super parah sampai pada titik merasa tidak punya energi atau ketertarikan mengurus si kecil lagi. Nah, itu disebut parental burnout, Bunda. Lalu bagaimana cara mengatasi parental burnout? Mari simak informasi berikut!
Apa itu Parental Burnout?
Parental burnout adalah kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang dialami oleh orang tua akibat tekanan mengasuh anak yang berlebihan.
Menurut Dr. Isabelle Roskam dan Dr. Moïra Mikolajczak, parental burnout memiliki empat ciri utama:
- Kelelahan ekstrim
- Jarak emosional dari anak
- Merasa tidak efisien sebagai orang tua
- Kontras tajam antara masa lalu dan sekarang dalam peran keorangtuaan
Berbeda dengan kelelahan biasa, parental burnout bersifat kronis dan tidak hilang hanya dengan istirahat singkat.
Menurut Dr. Alice Domar, intensitas dan durasi yang berkepanjangan adalah perbedaan utama antara parental burnout dan kelelahan biasa.
Kondisi ini sering disertai perasaan putus asa, keinginan menjauh dari anak, dan menurunnya respons terhadap kebutuhan emosional anak, yang berpotensi memengaruhi perkembangan mereka.
Berikut adalah dampak dari parental burnout, yaitu:
- Risiko konflik keluarga meningkat.
- Depresi dan perilaku kekerasan terhadap anak lebih mungkin terjadi.
- Gangguan fungsi keluarga secara keseluruhan.
Penelitian menunjukkan parental burnout cukup umum di berbagai negara. Di Eropa, sekitar 12% orang tua mengalaminya, sementara di Amerika Serikat, hasil serupa ditemukan oleh American Psychological Association.
Apa saja Gejala Parental Burnout?
Parental burnout terjadi ketika orang tua mengalami stres berkepanjangan dalam mengasuh anak. Berikut adalah tanda-tanda utamanya:
- Kelelahan ekstrem secara fisik dan emosional, meski sudah mencoba beristirahat.
- Merasa tidak percaya diri atau malu dengan kemampuan mengasuh, bahkan merasa tidak sebaik dulu.
- Kehilangan koneksi emosional dengan anak-anak.
- Kewalahan hingga merasa muak dengan peran sebagai orang tua.
Parenting Research Centre menunjukkan bahwa 60% orang tua tidak rutin meluangkan waktu untuk bersantai. Selain itu, 2 dari 5 orang tua yang kelelahan merasa kurang mampu menjalankan perannya, dan hampir setengah merasa waktu sehari tak cukup untuk semua tugas.
Mengurus si kecil sambil beristirahat memang sulit, tapi meluangkan waktu untuk merawat diri sangat penting. Bahkan istirahat singkat dapat memberikan dampak positif bagi Bunda dan keluarga.
Ini Dia Penyebab Utama Parental Burnout
Ada begitu banyak penyebab parental burnout dari sisi eksternal, maupun internal. Berikut beberapa penyebab utama dari parental burnout yang Navila rangkumkan.
1. Beban Tugas yang Berlebihan
Salah satu penyebab utama dari kelelahan orang tua adalah beban tugas yang berlebihan. Orang tua seringkali dihadapkan pada tugas yang sangat banyak, termasuk pekerjaan rumah tangga, mendampingi anak belajar, dan menjaga anak, yang bisa mengakibatkan stres kronis.
2. Kurangnya Dukungan Sosial
Dr. Mark H. Butler, seorang ahli dalam hubungan keluarga, menekankan pentingnya dukungan sosial dalam mengurangi risiko parental burnout.
Ketika orang tua tidak memiliki jaringan dukungan yang cukup, seperti keluarga, teman, atau komunitas, mereka cenderung merasa terisolasi dan kewalahan, yang dapat memperburuk kelelahan mereka.
3. Konflik Peran
Konflik peran, terutama bagi orang tua yang juga bekerja, dapat menyebabkan parental burnout. Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga seringkali mengakibatkan stres yang berkepanjangan.
4. Lingkungan yang Tidak Mendukung
Lingkungan yang tidak mendukung dapat memperparah parental burnout. Orang tua yang tinggal di lingkungan dengan akses terbatas ke fasilitas pendidikan, kesehatan, dan rekreasi, cenderung mengalami stres lebih tinggi karena kesulitan dalam menyediakan kebutuhan dasar untuk anak-anak mereka.
5. Tekanan Sosial
Tekanan sosial untuk menjadi “orang tua sempurna” dapat menjadi beban berat bagi banyak orang tua. Media sosial sering kali menggambarkan standar yang tidak realistis tentang pengasuhan, membuat orang tua merasa bersalah atau tidak cukup baik jika mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut.
6. Harapan yang Tidak Realistis
Dr. Alice Domar, seorang psikolog klinis yang fokus pada kesehatan wanita, menyatakan bahwa harapan yang tidak realistis, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari masyarakat, dapat memicu parental burnout.
Banyak orang tua yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap kemampuan mereka untuk mengasuh anak tanpa kesalahan, yang pada akhirnya mengarah pada perasaan gagal dan kelelahan.
Cara Mengatasi Parental Burnout yang Belum Banyak Orang Ketahui
Parental burnout terjadi karena stres dalam mengasuh anak. Cara terbaik untuk Bunda atasi adalah dengan mencegahnya terjadi. erikut cara efektif yang bisa Bunda coba untuk mengatasinya:
- Bangun dukungan sosial, entah dari keluarga, teman, atau pasangan.
- Perhatikan kesejahteraan fisik, mental, dan emosional Bunda, dengan meluangkan waktu untuk relaksasi, seperti olahraga ringan, membaca, atau menikmati hobi.
- Luangkan waktu untuk Me Time.
- Terbuka kepada pasangan atau orang terdekat tentang perasaan Bunda dapat meringankan beban.
- Jika memungkinkan, gunakan jasa ART atau pengasuh untuk membantu mengurus anak dan rumah tangga.
Kesimpulannya, parental burnout adalah masalah serius yang banyak dialami oleh orang tua akibat tekanan dan tanggung jawab yang berlebihan dalam mengasuh anak. Gejala seperti kelelahan ekstrim, perasaan tidak efisien sebagai orang tua, dan jarak emosional dari anak dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan keluarga.
Bunda tertarik untuk melihat informasi moms and baby terlengkap lainnya? Yuk, kunjungi media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare.
1 comment