Setiap anak tumbuh dengan ritmenya masing-masing. Ada yang lebih cepat berjalan, ada pula yang lebih dulu lancar berbicara. Namun, bila perkembangan si kecil tampak tertinggal di lebih dari satu aspek, orang tua perlu memberi perhatian khusus. Kondisi ini dikenal dengan istilah keterlambatan perkembangan global atau Global Developmental Delay (GDD), yaitu hambatan yang terjadi pada dua atau lebih bidang perkembangan anak, seperti motorik, bahasa, kognitif, hingga sosial-emosional.

Memahami GDD sejak dini sangatlah penting karena stimulasi dan intervensi tepat waktu dapat membuat perbedaan besar. Dengan dukungan keluarga, lingkungan yang mendukung, serta pendampingan tenaga profesional, anak tetap memiliki peluang untuk berkembang secara optimal. Dalam artikel ini, Mams akan menemukan penjelasan lengkap mengenai apa itu GDD, tanda-tanda yang perlu diperhatikan, peluang pemulihan, hingga langkah stimulasi dini yang bisa dilakukan di rumah.

Apa yang Termasuk Keterlambatan Perkembangan Global?

Keterlambatan perkembangan global adalah kondisi ketika anak mengalami hambatan signifikan pada dua atau lebih bidang perkembangan. Misalnya, si kecil belum bisa duduk mandiri di usia 9 bulan, atau belum mampu mengucapkan kata sederhana di usia 2 tahun. Kondisi ini biasanya dikenali sebelum usia 5 tahun dan kerap menjadi sinyal awal adanya gangguan perkembangan yang lebih spesifik.

GDD bukanlah sekadar keterlambatan tunggal, melainkan kombinasi yang memengaruhi fungsi anak secara menyeluruh. Ada anak yang terlambat berjalan sekaligus terlambat bicara, atau kesulitan berinteraksi sosial. Istilah “GDD” sering digunakan dokter pada usia dini sebelum diagnosis lebih pasti, misalnya disabilitas intelektual, autisme, atau cerebral palsy.

Secara global, GDD diperkirakan memengaruhi 1–3% anak di bawah 5 tahun. UNICEF mencatat angka gangguan perkembangan bisa mencapai 15% di Asia Tenggara, sementara di Indonesia prevalensi keterlambatan umum sekitar 13–18%, dengan data klinis RSUP Cipto Mangunkusumo menunjukkan GDD sekitar 2,3%. Angka ini menegaskan bahwa deteksi dini sangat krusial agar anak memperoleh intervensi tepat waktu.

Seperti Apa Tanda Keterlambatan Perkembangan Global?

Tanda GDD sering terlihat dari keterlambatan motorik kasar. Anak bisa gagal mencapai tonggak perkembangan, seperti duduk, merangkak, atau berjalan sesuai usianya. Contohnya, bayi usia 12 bulan belum dapat berdiri dengan berpegangan, padahal sebagian besar anak seusianya sudah bisa merambat. Hal ini menjadi sinyal awal yang patut diperhatikan.

Selain itu, keterlambatan juga bisa terjadi pada motorik halus. Anak mungkin kesulitan menggenggam mainan, menggunakan sendok, atau memegang pensil. Misalnya, anak usia 3 tahun masih menggenggam pensil dengan seluruh tangan, padahal sebayanya sudah bisa membuat coretan sederhana. Hambatan semacam ini bisa memengaruhi kesiapan anak saat memasuki usia sekolah.

Di sisi lain, keterlambatan bahasa, kognitif, serta sosial-emosional juga menjadi tanda penting. Anak dengan GDD mungkin hanya mampu mengucapkan 2–3 kata menjelang usia 2 tahun, jauh di bawah rata-rata 50 kata. Anak usia 4 tahun juga bisa tampak lebih suka bermain sendiri dan sulit berbagi. Mengenali tanda-tanda ini sejak awal memberi kesempatan bagi Mams untuk segera membawa anak melakukan evaluasi medis dan memulai intervensi yang dibutuhkan.

Global Developmental Delay Apakah Bisa Sembuh?

GDD bukanlah penyakit yang bisa sembuh dengan obat tertentu, melainkan istilah untuk menggambarkan keterlambatan anak dalam lebih dari dua aspek perkembangan. Lebih tepatnya, kondisi ini dapat dioptimalkan dengan stimulasi, terapi, dan dukungan konsisten sehingga anak tetap bisa berkembang sesuai potensinya.

Kabar baiknya, banyak anak dengan GDD menunjukkan perbaikan signifikan bila mendapat intervensi sejak dini. Terapi wicara, fisioterapi, terapi okupasi, hingga program stimulasi rumah terbukti membantu meningkatkan kemampuan anak. Bahkan, beberapa anak mampu mengejar ketertinggalannya berkat dukungan intensif dari keluarga dan tenaga ahli.

Deteksi penyebab juga penting karena GDD bisa dipengaruhi faktor genetik, komplikasi kehamilan, infeksi, atau trauma lahir. Pemeriksaan menyeluruh dengan dokter anak, psikolog, maupun terapis akan membantu merancang program intervensi yang sesuai. Periode emas stimulasi adalah sebelum usia 3 tahun, ketika otak masih sangat plastis. Semakin cepat intervensi diberikan, semakin besar pula peluang anak untuk berkembang optimal.

Cara Stimulasi Dini untuk Anak dengan GDD

Stimulasi dini perlu disesuaikan dengan setiap aspek perkembangan. Untuk motorik kasar, anak bisa diajak merangkak, berjalan dengan pengawasan, atau bermain bola agar koordinasi tubuh terlatih. Sementara pada motorik halus, kegiatan seperti meronce atau menyusun balok membantu mengasah keterampilan tangan sekaligus koordinasi mata dan otak.

Pada aspek bahasa, stimulasi bisa dilakukan dengan membacakan cerita, bernyanyi bersama, dan sering mengajak anak berbicara menggunakan kalimat lengkap. Interaksi verbal konsisten dari orang tua terbukti mempercepat perkembangan bahasa dan pemahaman. Mams bisa memulainya dengan hal sederhana, seperti menanyakan pendapat anak atau mengajak bercerita tentang benda di sekitarnya.

Stimulasi kognitif dapat diberikan lewat permainan puzzle, balok, atau permainan bentuk yang melatih logika dan pemecahan masalah. Sedangkan untuk aspek sosial-emosional, anak perlu dilibatkan dalam aktivitas bersama teman sebaya, dibiasakan berbagi, dan mendapat rutinitas yang konsisten agar merasa aman. Semua langkah ini sejalan dengan program nasional SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang) yang tersedia di Puskesmas dan Posyandu untuk mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.

A Word From Navila

Keterlambatan perkembangan global bukan akhir dari perjalanan si kecil. Dengan deteksi sejak awal, stimulasi terarah, serta dukungan penuh orang tua dan tenaga profesional, anak tetap memiliki peluang besar untuk berkembang sesuai potensinya. Kuncinya adalah konsistensi dalam pendampingan, karena tahun-tahun pertama kehidupan merupakan periode emas otak anak.

Mams tidak perlu merasa sendiri. Program seperti SDIDTK maupun terapi dari tenaga ahli bisa menjadi solusi untuk membantu anak mengejar ketertinggalannya. Ingat, setiap langkah kecil, dari pelukan hangat hingga stimulasi sederhana, merupakan investasi berharga untuk masa depan si kecil. Dengan kesabaran dan cinta, anak tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bahagia.

Minyak Telon Terbaik Buat Bayi: Belanja Minyak Telon Navila

Untuk mendukung stimulasi dini, jangan lupa memperhatikan kenyamanan si kecil setiap hari. Sentuhan lembut dan pijatan ringan dengan Minyak Telon Navila bisa membantu bayi merasa lebih rileks, hangat, sekaligus memperkuat ikatan emosional Mams dengan si kecil. Yuk, jadikan rutinitas harian penuh kasih sayang bersama Navila!


References

  • Cortica Care. (2025). Global developmental delay. Cortica Care. Retrieved from https://www.corticacare.com/conditions/global-developmental-delay
  • Sharma, A. R., Siddiqui, M. S., Magar, S., Kale, A., Nelanuthala, M., & Singh, S. P. (2023, June 28). The etiological profile of global developmental delay at a tertiary care hospital in India: An observational study. Cureus, 15(6), e41066. Diakses dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10375252/
  • UNICEF & WHO. (2023, September 15). Global report on children with developmental disabilities: From the margins to the mainstream. UNICEF. Retrieved from https://www.unicef.org/documents/global-report-children-developmental-disabilities
  • Cleveland Clinic. (n.d.). Developmental delay in children: Symptoms, causes & outlook. Cleveland Clinic. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14814-developmental-delay-in-children
  • Marschall, A. (2025, July 8). How global developmental disorder impacts child development. Verywell Mind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/what-is-global-developmental-delay-5271570
  • Khan, I., & Leventhal, B. L. (2023, July 17). Developmental delay. In StatPearls. StatPearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562231/
  • UPTD Puskesmas Lirik. (2020, Februari 18). Tumbuh kembang optimal dengan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK). Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu. Retrieved from https://dinkes.inhukab.go.id/lirik/2020/02/18/tumbuh-kembang-optimal-dengan-stimulasi-deteksi-dan-intervensi-dini-tumbuh-kembang-sdidtk/