Tantrum pada anak adalah hal yang umum terjadi. Sebagai orang tua pasti pernah merasakan anak tantrum dan terkadang cukup parah yang menguras energi Mams dan Paps. Tantrum biasanya terjadi pada usia 1-4 tahun karena ketidaktahuan anak dalam menjelaskan keinginannya. Tapi apa itu tantrum pada anak? Bagaimana mengatasinya secara tenang? Yuk Mams simak informasi berikut untuk lebih jelasnya, ya!
Apa Itu Tantrum pada Anak?
Tantrum adalah luapan emosi yang umum terjadi pada anak-anak, biasanya ditandai dengan perilaku seperti menangis, berteriak, melempar barang, atau memukul. Ini adalah bagian normal dari perkembangan, terutama karena balita belum mampu mengenali atau mengungkapkan emosi mereka dengan baik.
Tantrum lebih sering terjadi pada anak dengan tingkat energi tinggi atau yang dikenal sulit diatur. Lalu, apa ciri-ciri anak tantrum? Berikut rinciannya, mengutip dari Kemenkes:
- Pola tidur, makan, atau buang air besar yang tidak teratur.
- Kesulitan beradaptasi dengan situasi, makanan, atau orang baru.
- Reaksi lambat terhadap perubahan.
- Sering menunjukkan sikap negatif dan mudah tersulut emosi.
Penyebab Tantrum pada Anak
Menurut Dr. Levy, psikolog klinis dari Dallas, Amerika, tantrum umumnya terjadi karena satu alasan utama: anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
“Pada usia 1–2 tahun, tantrum sering muncul karena anak ingin menyampaikan sesuatu, seperti minta susu, ingin popok diganti, atau menginginkan mainan, tetapi belum memiliki keterampilan bahasa yang cukup. Mereka jadi frustrasi saat orang tua tidak memahami apa yang mereka maksud,” jelasnya.
Pada anak yang lebih besar, tantrum lebih berkaitan dengan keinginan untuk mengontrol situasi. Saat anak berusia 3–4 tahun, mereka mulai lebih mandiri dan menyadari keinginan serta kebutuhannya. Mereka juga ingin menunjukkan bahwa mereka bisa mengambil keputusan sendiri.
Saat memasuki usia prasekolah, anak memang sudah lebih bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, tetapi itu tidak berarti tantrum akan hilang begitu saja. Mereka masih belajar mengelola emosi, dan hal kecil bisa saja membuat mereka kesal. Karena semakin ingin mandiri, anak bisa merasa frustrasi ketika harus meminta bantuan. Misalnya, saat mencoba mengikat tali sepatu sendiri, lalu menyadari bahwa mereka belum bisa melakukannya.
Beberapa penyebab umum lainnya tantrum pada anak, yaitu:
- Si kecil belum bisa menyatakan perasaannya
- Tidak mendapatkan keinginannya
- Mengalami ketidaknyamanan
- Kurang tidur
- Bermain gadget secara berlebihan
- Menghindari hal yang tidak disukai, seperti tidur siang
- Kecemasan
- Gangguan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD)
- Autisme
- Gangguan mood
Penting untuk diingat, tantrum bukan tanda bahwa pola asuh orang tua kurang baik. Sebaliknya, tantrum adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak.
Cara Hadapi Tantrum pada Anak dengan Sabar
Terkadang anak yang tantrum sangat membuat Mams jengkel, namun Mams harus tetap tenang dan sabar. Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak dengan anggun dan tenang? Berikut rinciannya:
1. Tetap Tenang dan Jangan Ikut Emosi
Ketika si kecil mulai tantrum, usahakan untuk tetap tenang ya, Mams. Jangan ikut terpancing emosi atau marah, karena hal ini bisa membuat situasi semakin sulit. Tarik napas panjang, bicaralah dengan nada lembut, dan hindari berteriak pada anak. Kalau Mams tenang, anak akan lebih cepat merasa aman dan akhirnya ikut tenang juga.
2. Berikan Pelukan Penuh Kasih Sayang
Kadang, pelukan hangat dari Mams sudah cukup untuk meredakan tantrum si kecil. Sentuhan lembut bisa membuat anak merasa nyaman dan diterima, meskipun dia sedang kesal atau frustasi. Pelukan ini juga membantu menenangkan hati mereka yang sedang gelisah.
3. Alihkan Perhatian ke Hal Lain
Kalau tantrum muncul karena hal sepele, coba alihkan perhatian anak ke sesuatu yang lebih menyenangkan. Ajak dia melihat mainan favorit, cerita menarik, atau melakukan aktivitas yang disukai. Cara ini sering efektif untuk mengurangi kemarahan mereka tanpa harus memaksa.
4. Cari Tahu Penyebab Tantrum
Biasanya tantrum disebabkan hal-hal sederhana seperti lapar, mengantuk, atau bosan. Kalau Mams tahu apa penyebabnya, lebih mudah untuk memberikan solusi. Misalnya, jika anak lapar, beri camilan sehat, lalu kalau mengantuk, ajak untuk istirahat. Dengan memahami akar masalahnya, tantrum bisa lebih mudah dicegah di kemudian hari.
5. Hindari Hukuman Fisik
Memberikan hukuman fisik saat anak tantrum hanya akan memperparah situasi dan memberikan contoh buruk. Lebih baik tetapkan batasan dengan cara yang lembut tapi tegas. Contohnya, “Mams tahu kamu marah, tapi memukul itu tidak boleh. Yuk, kita cari cara lain untuk menyelesaikan masalah ini.”
6. Bicaralah Setelah Anak Tenang
Saat tantrum reda, ini waktu yang tepat untuk ngobrol dengan si kecil. Jelaskan perlahan kenapa perilakunya tadi tidak baik dan bagaimana dia seharusnya mengekspresikan emosinya. Dengan cara ini, anak bisa belajar mengelola emosinya lebih baik di masa depan.
Catatan Tambahan:
- Jangan lupa untuk menghindari situasi yang bisa memicu tantrum, seperti menunda makan atau waktu tidur.
- Jika Mams merasa lelah, beri waktu untuk diri sendiri agar tetap sabar dan penuh energi saat menghadapi tantrum.
Anak Sering Tantrum Apakah Wajar?
Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak usia 1-3 tahun. Perilaku ini sering muncul sebagai respons terhadap perasaan sedih, tidak nyaman, marah, jengkel, atau frustrasi. Meskipun membuat orang tua kewalahan, tantrum bukanlah tanda kegagalan dalam mendidik anak.
Setiap anak memiliki frekuensi dan durasi tantrum yang berbeda. Normalnya, tantrum terjadi sekitar sekali sehari dengan durasi 2-15 menit. Namun, tantrum bukan perilaku permanen. Seiring perkembangan kemampuan bahasa dan keterampilan emosional, tantrum biasanya berkurang sekitar usia 4 tahun atau saat anak mulai sekolah. Jadi, orang tua tidak perlu khawatir atau merasa malu berlebihan ketika anak mengalami tantrum.
Apakah Tantrum pada Anak Berbahaya?
Tantrum sebenarnya normal ya Mams, tapi, ada beberapa tanda yang membuat tantrum itu berbahaya, Berikut tanda-tanda tantrum berbahaya:
- Durasi tantrum lebih dari 15 menit.
- Menunjukkan perilaku agresif yang membahayakan diri sendiri atau orang lain, seperti menyakiti diri sendiri atau melempar benda-benda keras kepada orang lain.
- Menyebabkan ketegangan dan konflik yang signifikan antara Mams dan anak, atau antara Mams dan Paps.
Jika menghadapi situasi seperti ini, penting bagi Mams untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau psikolog anak untuk evaluasi lebih lanjut guna memberikan pendukung bagi perkembangan anak yang lebih baik.
A Word From Navila
Tantrum adalah bagian normal dari tumbuh kembang anak, terutama saat mereka masih belajar memahami dan mengekspresikan emosinya. Dengan kesabaran, pendekatan yang tenang, dan mengetahui cara hadapi tantrum pada anak yang tepat, tantrum bisa dihadapi tanpa stres berlebihan.
Tapi ingat, Mams, menghadapi tantrum anak juga bisa menguras energi. Jangan sampai justru Mams yang ikut tantrum karena kelelahan yang luar biasa! Jika Mams mulai merasa lelah secara fisik dan emosional, itu bisa jadi tanda parental burnout. Yuk, temukan cara mengatasinya di sini: Cara Mengatasi Parental Burnout.
References
- Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes. Apa itu Tantrum pada Anak. Retrieved from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1327/apa-itu-tantrum-pada-anak
- Parents. How To Deal With Toddler Temper Tantrums. Retrieved from https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/discipline/tantrum/a-parents-guide-to-temper-tantrums/
- Mayo Clinic. Temper tantrums in toddlers: How to keep the peace. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/tantrum/art-20047845
6 comments